Metodologi Pancasila (P5) Dalam Dunia Pendidikan





                    Pancasila dikenalkan oleh pendiri Republik Negeri ini sebagai Ideologi Negara dan Berbangsa. Ideologi Pancasila bukan sekedar ideologi biasa, tetapi bisa menjadi metode pendidikan yang sangat teruji. kandungan dari lima sila sangat baik dan teruji dalam pengembangan pendidikan berkarakter. Bahkan bisa menyokong laju pendidikan yang bermutu dan berkelanjutan.  

                Pancasila bisa menjadi metode pendidikan yang terbaik. menengok minat masyarakat terhadap pendidikan Agama dan berkarakter sangat tinggi. Pada saat yang bersamaan, metode pancasila diterapkan tanpa disadari oleh para pelaksana pendidikan dan kependidikan di negeri ini. Ary Ginanjar Agustian menemukan konsep ESQ. ESQ adalah singkatan dari Emotional Spiritual Quotient yang kemudian bertransformasi menjadi sebuah pelatihan sumber daya manusia.  

             Di dalam bukunya yang berjudul “ESQ: Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & Spiritual”, ia menyampaikan gagasan bahwa kecerdasan intelektual (IQ) saja tidak cukup. Untuk menjadi seseorang yang berhasil diperlukan juga kecerdasan emosional (EQ), yang akan memberikan keterampilan dalam bersosialiasi dan berhubungan dengan orang lain, serta kecerdasan spiritual (SQ) yang akan memberikan jawaban atas eksistensi diri. Untuk menggabungkan ketiga kecerdasan tersebut, dirancanglah sebuah konsep yang disebutnya The ESQWay165, yaitu sebuah konsep pembangunan karakter yang komprehensif dan integratif berdasarkan 1 nilai universal, 6 prinsip pembanguan mental, dan 5 langkah aksi. Penulis memandang bahwa konsep ESQ lebih banyak kesamaan dengan metedologi kelima sila dalam implementasinya. 

                 Penerapan metode kelima sila dalam dunia pendidikan sangatlah dianjurkan oleh pemerintahan pusat saat ini. Sedangkan sistem pendidikan nasional negara indonesia melakukan hal sebaliknya dengan mengabaikan sila pertama dalam pengaturan kurikulum. Soal sistem pendidikan nasional saat ini yang hanya mengarah kepada ilmu pengetahuan dan teknologi seakan-akan mengabaikan dwi fungsi Pancasila yang bisa menjadi Ideologi dan metodelogi. Penulis mengajak para pembaca untuk menghayati kelima sila sebagai metode pendidikan di lingkungan sekolah maupun luar lingkungan sekolah. 

             Penghayatan metode kelima sila dalam dunia pendidikan, yakni :

 1. Ketuhanan Yang Maha Esa

 Makna sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Kecerdasan Spiritual (SQ). Kecerdasan Spritual adalah kecerdasan Beragama. Agama merupakan sumber pokok manusia dalam melaksanakan prilaku sehari-hari yang berkaitan dengan Tuhan. Setiap prilaku baik yang berkaitan dengan Tuhan disebut Ibadah. Setiap prilaku buruk yang dikaitkan dengan Tuhan disebut maksiat. Penulis mengambil contoh dari Agama Islam jika dikaitkan dengan pendidikan, maka Agama Islam mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu. Menuntut ilmu bisa diartikan: mencari ilmu. Mencari ilmu adalah mempelajari Ilmu. Pembelajari Ilmu disebut belajar. Belajar adalah prilaku baik yang diperintahkan. Setiap perilaku baik yang dikaitkan dengan Tuhan adalah Ibadah. Belajar adalah Ibadah. Jika belajar adalah ibadah, maka para pemeluk Agama akan memiliki sadar diri untuk melakukan prilaku baik secara sungguh-sungguh.  Peserta didik menganggap bahwa belajar atau mempelajari ilmu pengetahuan adalah ritual keagamaan. Pendidik tidak akan kesulitan dalam membimbing peserta didik yang memiliki etos belajar yang tinggi karena dorongan spiritual.

Mulailah metodologi ketuhanan yang maha esa dengan pertanyaan; 
a. Siapakah Allah?
b. Apakah kewajiban dan larangan bagi hamba Allah?
c. Bagaimana hubungan aku dengan Allah?
d. Kenapa aku harus beribadah dan taat pada Allah?
 
2. Kemanusian Yang Adil Dan Beradab

Kecerdasan emosional (EQ) tersirat jelas pada sila kedua "Kemanusian yang adil dan beradab". ketika manusia memiliki ilmu agama yang cukup akan memiliki kecerdasan emosional yang baik. Sikap dan prilakunya akan diukur dengan ketaatannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Muatan Agama tidak hanya sekedar manusia dengan Tuhan-nya. Agama juga menganjurkan umatnya untuk berbuat baik untuk dirinya dan orang lain di sekitanya. Hubungan manusia dengan manusia lain secara adil dan beradab jika dikaitkan dengan Tuhan adalah ibadah. Hubungan manusia dengan dirinya secara adil dan beradab juga disebut ibadah. Tuntutan sila kedua dipahami sebagai kontekstual peserta didik dalam menemukan eksistensi dirinya di lingkungan sekitar, mengenal hak dirinya dan hak orang lain baginya, dan melaksanakan kewajiban dirinya bagi dirinya sendiri dan kewajiban dirinya bagi orang lain. Peserta didik diajarkan memerdekakan dirinya dari kebodohan dan kemisknan adalah tanggung jawab dirinya bukan tanggung jawab orang lain. Peserta didik menjadi manusia yang produktif dan bertanggung jawab.

Mulailah metodologi kemanusiaan (humaniora) adil dan beradab dengan pertanyaan;
a. siapa aku?
b. Apa itu manusia?
c. Bagaimana manusia hidup?
d. Kenapa manusia lahir?
e. Bagaimana hubungan antara manusia dan Allah SWT Maha Pencipta?
e. Bagaimana hubungan antara manusia dan alam semesta?
f. Bagaimana hubungan antara manusia dan manusia?


3. Persatuan Indonesia

Persatuan Indonesia merupakan suatu cita-cita bangsa yang dianggap perlu karena bangsa Indonesia terdiri dari beberapa suku dan bahasa. Untuk itu, sistem pengajaran di kelas memakai bahasa pengantar bahasa yang menyatukan suku bangsa di Indonesia, yakni : Bahasa Indonesia. Gramatika dan Sastra Bahasa Indonesia harus dipelajari dan dipahami sejak dini. Bahasa adalah alat pengantar dalam transformasi ilmu pengetahuan dan alat memahami informasi secara baik. Sastra bahasa mengajarkan  peserta didik untuk menyusun logika berpikir yang baik dan benar. Peserta didik bisa memahami informasi secara baik dan bisa memilah informasi benar atau bohong. Dan peserta didik bisa menyampaikan informasi yang utuh dan terukur sehingga tidak menyinggug perasaan orang lain.  

 Mulailah dengan pertanyaan;
a. Apa tujuan negara ku berdiri?
b. Bagaimana hubungan antara suku dan bangsa Indonesia yang hidrogen?
c. Apa fungsi bahasa pemersatu?
d. Apa yang telah menjadi keunggulan bangsa ku?
e. Apa yang akan aku persembahkan untuk tanah air ku nanti?
f. Dimana geografis Indonesia berada?

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat, kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan

 Makna kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat, kebijaksaan adalah Peserta didik diposisikan sebagai rakyat yang dipimpin oleh pendidik di dalam kelas dan lingkungan sekolah. Pendidik bukan hanya mengajar di dalam kelas tetapi harus memberikan bimbingan prilaku baik dan benar kepada peserta didiknya. Makna Permusyawaratan adalah Pendidik harus memberikan kebebasan berpendapat kepada pesrta didik. Pendidik memberikan posisi peserta didinya sebagai teman bermusyawah (berdiskusi) tentang materi pelajaran. Makna perwakilan adalah pendidik memberikan keluasan sikap demokrasi kepada peserta didik dalam memilih ketua kelas dan ketua OSIS. Pendidik tidak boleh mendikte secara berlebihan sehingga terlihat sikap otoriter seorang pendidik di lingkungan sekolah. Pendidik adalah pembimbing, pengajar, pelatih, teman bagi peserta didik.

Mulailah metodologi ini dengan pertanyaan: 
a. Apa itu rakyat?
b. Apa itu pemimpin?
c. Apa itu Musyawarah?
d. Bagaimana cara memahami menjadi warga negara yang baik dan benar?
e. Bagaimana mana cara menyampaikan pandangan politik yang legal?
f. Apa itu eksekutif, legislatif dan yudikatif?

5. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

        Makna keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia adalah pendidik harus memiliki sikap yang sama secara menyeluruh kepada semua peserta didiknya. Pendidik harus memiliki jiwa optimisme kepada peserta didik yang ber-IQ dibawah rata-rata. Penyampaian materi ajar dan pemilihan buku panduan belajar harus sepenuhnya dikoreksi agar mudah dipahami oleh peserta didik yang berperingkat paling rendah bukan berperingkat paling tinggi. Bahkan pendidik harus menjadikan siswa yang berprestasi paling rendah sebagai tolak ukur keberhasilan dan ketercapaian indikator kompetensi dasar. 

                    Metodologi Keadilan sosial bisa menjadi tolok ukur keberhasilan lingkungan kelas ataupun lingkungan sekolah menerapkan konsep toleransi terhadap perbedaan politik, suku, ras, gender maupun agama. berkesempatan untuk mendapatkan hak asasi manusia yang sama dengan lainnya; menghilangkan sentimen minoritas ataukah mayoritas. 

             Mulailah metodologi Keadilan sosial dengan pertanyaan; 
a. Bagaimana jika aku adalah dia?
b. Bagaimana menjadi makhluk sosial?
c. Bagaimana memahami secara objektif dalam kerangka hukum sosial?
d. Bagaimana memahami keadilan sosial di lingkungan sekolah?

                    Keberadaan metodologi pancasila dalam dunia pendidikan tidak hanya diukur oleh nilai saja. Harus melibatkan lingkungan rumah dan lingkungan bermain peserta didik sebagai juru penilai paling otentik saat ini. Suksesnya metode pendidikan bisa dilihat dari perubahan sosial masyarakat secara menyeluruh ke arah yang lebih patuh hukum dan produktif. Wallahu 'Alam Bi Shawab
 Daftar Pustaka:
https://id.wikipedia.org/wiki/ESQ
http://www.esqway165.com/

al-istiqomahcengkareng.blogspot.com

0 Komentar